Tag: Sekolah

Konsep Pengelolaan dan Pengembangan SMP Formal Berbasis Al-Qur-an dan Al-Hadits

Konsep Pengelolaan dan Pengembangan SMP Formal Berbasis Al-Qur-an dan Al-Hadits Muqaddimah Konsep adalah gagasan yang bermakna dan sempurna1. Di tulisan ini ان شاء الله akan…

Konsep Pengelolaan dan Pengembangan SMP Formal

Berbasis Al-Qur-an dan Al-Hadits

Muqaddimah

Konsep adalah gagasan yang bermakna dan sempurna1. Di tulisan ini ان شاء الله akan dibahas secara ringkas, apa saja konsep yang dibutuhkan untuk mengelola dan mengembangkan SMP formal yang berdasarkan AlQur-an dan AlHadits. Semoga dengan berbagi ilmu ini, nantinya para pendidik bisa saling melengkapi untuk kemajuan Islam dan qaum muslimin, khususnya pendidikan di Indonesia.

1. Selalu Mengawali dengan Niat, Doa dan Ikhtiyar kita

Mengapa ini yang dibahas bahkan dijadikan urutan pertama? Karena saya pribadi memandang bahwa bukan hanya hal ini penting, bahkan qaum muslimin sudah mulai melupakannya dalam berbagai kesibukan mereka bahkan dalam masalah menuntut ilmu. Murid dan wali murid sebatas memasukan anaknya ke sekolah, bahkan terkesan hanya sebagai formalitas belajar agar tak dianggap aib di masyarakat. Sehingga apa yang terjadi di tengah pembelajaran? Maka anak-anak pun akan malas-malasan, ketika sang guru serius dan bersemangat mengajarkan mereka di kelas, namun mereka malah sebagian tidur, sebagian bermain-main, sebagian ngobrol dengan kawannya. Ini tidak lain karena mereka tak mengerahui; untuk apa mereka belajar? Apa yang mereka niatkan? Apakah mereka sudah memohon kepada Allah sebelum mereka meraih ilmu?

Tentang memastikan niat di awal ini, bisa kita jumpai di kitab-kitab syafi’iyah. Para ulama memasukan fashl ini dalam ibadah makhdhah (murni) semisal shalat maka dalam menuntut ilmu pun lebih boleh lagi tentang hal ini. Jika ada pertanyaan: bukankah ketika guru masuk kelas lalu memastikan anak didik tentang niat dan muqaddimah lain akan mengahabiskan waktu dan otomastis mengurangi jam belajar? Maka kita katakana bahwa itu lebih baik karena bisa mempengaruhi sisa waktu setelahnya dan lebih bisa melekatkan pelajaran di hati dan aql mereka.

Adapun mengenai pentingnya niat ini, Rasulullah bersabda dalam hadits:

“Hanyasaja setiap perbuatan tergantung niatnya dan setiap orang akan mendapat apa yang dia niatkan. Maka siapapun yang hijrahnya itu untuk dunia yang akan dia dapatkan atau wanita yang ingin dia nikahi maka (hasil) hijrahnya (amalan ini) sesuai yang dia niatkan.”2

Maka dari hadits ini kita bisa mendapat pelajaran bahwa ketika seseorang belajar karena Allah dan ilmu maka diapun akan mendapat ilmu dan surga. Namun kebalikannya, ketika dia belajar karena ilmu untuk memperoleh dunia walau ilmu diniyah, maka diapun hanya akan mendapat dunia.

2. Mengenalkan Keteladanan Tokoh dalam Al-Qur-an / Tafsirnya

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

                 

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”3

Maka sangat disayangkan ketika sebagian qaum muslimin meneladani bahkan lebih mengidolakan orang kafir, atau yang lebih menyedihkan lagi ketika Rasulullah dicela sedangkan orang kafir diangkat.

Ada beberapa sikap yang bisa anak didik atau bahkan guru yang lebih utama untuk meneladani sifat-sifat mulia, mulai dari Para Nabi, Orang Shalih Terdahulu, dan Shahabat yaitu dalam Al-Qur-an ataun Al-Hadits:

  • Rasulullah tegas terhadap istri dan dalam hal ini terhadap Siswa

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya:

“Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, Maka Sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan); dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula.(4) Jika Nabi menceraikan kamu, boleh Jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan isteri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan.(5) Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(6)”4

Memang pada dasarnya ayat ini kembali kepada kedua istri Nabi yang mulia, namun bisa juga tuk isthinbath bahwa; jika pihak sekolah dalam pembuatan kebijakan sekolah senantiasa atas dasar Al-Qur-an dan Al-Hadits serta menimbang maslahat dan mafsadat lalu sangat disayangkan, ada wali murid yang protes karena tidak sesuai dengan keinginannya maka pihak sekolah harus bisa menjelaskan dengan baik dan lembut tentang sebab mengapa dibuat kebijakan tersebut. Namun jika wali murid masih ngeyel dan ngotot maka pihak sekolah harus menentukan sikap tegas, bisa dengan memberikan sangki kepada wali murid tersebut ataupun bahkan mengeluarkan sang anak.

Namun jika ada pertanyaan: sekolah bisa rugi dong karena jika anak keluar maka pendapatan sekolah otomatis berkurang? Kita bisa jawab bahwa, memang secara kasar mata pendapatan sekolah bisa berkurang namun Allah menghibur kita dalam ayatnya yang kelima bahwa Allah akan menggantikan kita dengan siswa yang lebih baik. Tetapi tetap dengan procedural yang ada di atas. Dan pembahasan ini pada dasarnya sama dengan point ketiga.

– Tak menyekutukan Allah dan Berbakti Pada Orang Tua

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. (13) dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (14)”5

Dan masih banyak tokoh lain untuk diteladani baik oleh murid atau bahkan gurunya yang bisa didapati pada kitab-kitab tafsir juga biografi orang-orang mulia dalam Islam. Tapi karena ini makalah maka ringkas. Maka tak perlu menjadikan orang kafir sebagai idola.

3. Pentingnya Formalitas Kelembagaan dari Pemerintah

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”6

Maka dari ayat inilah kita bisa mengambil pelajaran bahwa: tidaklah disebut muslim sekaligus warga Negara yang baik yang hanya bisa pada Allah dan Rasul-Nya saja, namun juga harus taat kepada ulil amri, selama tidak dalam kemaksiatan. Lalu bagaimana pengelola sekolah akan ditaati oleh murid dan wali murid jika pengurus sekolah sendiri tidak taat kepada pemerintah?

Dan jika ada pertanyaan; mengapa ada pembahasan seperti ini? Kita katakan bahwa, tema narasi kita adalah SMP Formal, maka tentu saja ini wajib dibahas. Bahkan bukan hanya itu, semisal majlis ta’lim pun yang informal, tetap harus punya idzin dari Kementrian Agama.

Adapun berkas-berkas yang perlu pihak sekolah tunaikan adalah:

– IMB (Idzin Mendirikan Bangunan)

– SK Menkuham Yayasan

– NPSN (Nomor Pokok Sekolah Nasional)

– NPWP Yayasan

– Surat Domisili Yayasan dll

Lalu apa resikonya ketika sekolah sudah berdiri dan berjalan namun ada berkas yang masih belum selesai? Secara umum sekolah tersebut bisa dikatakan liar, walaupun secara nampak sekolah tersebut punya kop, stempel dll. Adapun secara khusus tuk dampak jika tak memiliki imb dan SK Yayasan oleh Kemenkumham

  • Imb;
  • * Gedung sekolah akan terkena denda 10%
  • * Atau bahkan bangunan sekolah bisa dibongkar paksa
  • SK Kemenkuham Yayasan;
  • * Yayasan bisa dibekukan
  • * Atau bahkan bisa dibubarkan

4. Prinsip Murid yang Perlu Sekolah

Sebagian sekolah (jika tak ingin disebut sebagian besar) lebih suka menerapkan konsep “Sekolah Perlu Murid”. Lalu apa yang membedakan dua konsep ini? Untuk konsep “Murid Perlu Sekolah”, bahwa apapun kebijakan yang dikeluarkan oleh sekolah, tak akan diprotes karena mereka sadar bahwa ketika mereka menitipkan anak-anak mereka di sekolah, berarti telah percaya dan memasrahkan sepenuhnya anaknya kepada sekolah.

Adapun jika sekolah menggunakan konsep “Sekolah Perlu Murid” maka setiap kebijakan sekolah yang telah dikeluarkan dan tidak sesuai dengan keinginan mereka maka akan diprotes atau dengan cara lain yaitu mempengaruhi dan memanas-manasi wali murid lain agar memprotes kebijakan tersebut. Dan karena sekolah mengaplikasikan konsep ini maka kebijakan itupun akan berubah.

Lalu apa dampaknya kedua konsep ini?

Jika sekolah menggunakan konsep “Murid Perlu Sekolah” maka sekolahpun akan mudah ان شاء الله dalam membentuk dan menyempurnakan semua kegiatan dan produk sekolah. Karena orang tua mendukung dan merestui para pengelola pondok sehingga pihak sekolah semangat dan terukur dalam melaksanakan berbagai kegiatan dan kebijakan sekolah.

5. Nilai Pelajaran Penting namun Lebih Penting Lagi Nilai Akhlaq

Sebagian sekolah memang lebih mementingkan nilai pelajaran daripada nilai akhlaq, bisa jadi ini karena dua hal:

– Tidak ada di UN nilai akhlaq maka banyak pihak sekolah yang meremehkannya

– Sulit untuk mengadakan penilaian

– Banyak guru yang sebagai teladan justru tak bisa menjadi teladan

– Akhlaq bisa dibuat-buat, khususnya jika ada penilaian.

– Penilaian oleh guru yang setiap saat, dan ini banyak guru yang keberatan.

Padahal jika kita tengok AlQur-an dan Al-Hadits banyak yang menjelaskan tentang keuataan akhlaq itu sendiri, bahkan jika dibandingkan dengan ilmu. Rasulullah shalallah ‘alaih wa salam bersabda:

خياركم أحاسنكم أخلاقا

“Sebaik-baiknya kalian adalah yang terbaik akhlaqnya” 7

Untuk penilaiannya, guru bisa selalu membaca buku saku. Jadi setiap kejadian siswa, baik itu akhlaq terpuji ataupun tercela, kita bisa mencatatnya. Bahkan termasuk akhlaq terpuji yang kadang kita meremehkannya seperti buang sampah pada tempatnya. Dan masih banyak cara lain. Misal dengan mencatatnya di hp.

6. Peran Serta dan Komunikasi Interaktif dengan Wali Murid

Hal ini yang mungkin agak sulit karena banyak orang tua yang berangkat sebelum anaknya bangun dan pulang setelah anaknya tidur. Namun sebenarnya hal ini bukanlah kesulitan muthlaq, karena pada zaman ini Allah memudahkan kita dengan teknologi khususnya komunikasi. Kita bisa dengan cepat dan mudah menginfokan hampir semua kegiatan peserta didik. Apakah itu tentang prestasi mereka atau bahkan pelanggaran mereka semisal tidur di kelas. Laporannyapun bisa mulai dari foto / bahkan yang lebih bagus video, dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Dengan bisa diwujudkannya hal ini, maka bisa menghilangkan gambaran bahwa sekolah itu ibarat “mesin cuci”, tinggal masukan baju kotor lalu keluar dalam keadaan bersih. Bahwa diantara suksesnya pendidikan anak adalah peran serta orang tua.

7. Tak Ada Anak Bodoh, Hanyasaja Kadang Mereka Malas

Sebagai seorang guru kadang kita merasa lelah bahkan bosan ketika mengajari siswa namun tidak faham-faham. Bahkan sebagian guru bisa jadi melontarkan perkataan yang bisa saja menyakitkan bagi sang anak seperti: “Kamu ini bodoh sekali”. Padahal, jika kita perhatikan, anak itu sebenarnya, mereka tidak bodoh, hanya malas. Tidaklah kita melihat sebagian anak yang punya keterbelakangan bisa menciptakan sebuah terobosan.

Dan jikapun siswa benar-benar lambat dalam memahami pelajaran, maka kitapun tak boleh mencelanya. Kita ambil saja contoh teladan kita yaitu alImam asySyafii ketika mengajari Rabi bin Sulaiman yang tidak faham-faham dalam pelajaran, namun beliau tetap sabar dan terus mengajarinya, tidak mencelanya sehingga siswa bisa menjadi tersakiti.

8. Disiplin dan Menghormati Waktu

Kadang kita merasa prihatin tentang hal ini, bahkan kita jumpai sebuah ishthilah “jam karet”. Padahal syariat Islam sangat menghormati dan menjaga waktu, kita perhatikan dalam perkara waktu shalat, rentang puasa, jadwal zakat, tempo haji dan syariat lainnya yang rukunnya berhubungan dengan waktu.

Dan tidak mengapa ketika siswa tidak disiplin maka konsekuensinya mendapat hukuman. Karena memang berat mewujudkan hidup disiplin tanpa hukuman. Kita lihat saja bahwa dalam Islampun ada berbagai macam hukuman mulai dari qishash, hudud dan tazir. Dan yang perlu diingat bahwa hukuman ini pun mencakup guru, karena nantinya murid akan berkata: “guru itu terlambat tapi koq tak dihukum”?

9. Mempererat Hubungan Antara Pegawai Sekolah

Hal ini penting karena di saat hubungan antar pegawai renggang maka otomatis lalu lintas kegiatan sekolah pun akan terhambat. Bahkan jika hal ini tak segera diatasi, kegiatan sekolah pun akan berhenti dan mati. Sebagaimana yang Rasulullah sabdakan:

المؤمن للمؤمن كالبنيان, يشد بعضه بعضا

Mu-min satu terhadap mu-min yang lain laksana bangunan yang (bahannya) saling menguatkan8

Lalu bagaimana teknis mempererat ini? Bisa dengan kumpul sebelum / setelah mengajar. Di sini sebagai tempat curhat guru dengan para management atau bahkan sekedar bercanda, selama tak ada kedustaan dan ghibah. Jika ada pertanyaan? Bukankah ini membuang-buang waktu saja. Iya memang secara zhahir, nampaknya memhamburkan waktu, namun efek yang dihasilkan sangat luar biasa yaitu sesame guru tak saling buruk sangka, saling memberi udzur, saling membahagiakan yang ujungnya bisa membuat hubungan semakin erat.

10. Praktik Pembelajaran Langsung dengan Masyarakat Luar

Praktik ini sangatlah bagus karena sebuah sekolah tidaklah berdiri di tengah hutan, namun di sebuah desa / kelurahan yang di sekitarnya terdapat masyarakat yang baik. Dan berdirinya sekolahpun diantaranya atas dasar restu masyarakat. Belajar dalam hal ini bisa banyak maknanya, misal pada pembelajaran Agama Islam tentang shadaqah, anak-anak bisa praktek membagikannya. Pada pembelajaran matematik, anak-anak bisa belajar berbelanja kemudian kita bisa memastikan kembaliannya pas atau tidak.

Dengan muamalah inipun bisa berefek pada akrabnya masyarakat pada warga sekolah dan dapat menghilangkan buruk sangka serta mengubah kesan bahwasanya sekolah itu eksklusif. Dari sini lah diharapkan ketika sekolah mengadakan kajian di masjid / di kelas maka masyarakat bisa hadir dan memperoleh ilmu serta menerapkannya.

11. Memaksimalkan Pembelajaran dalam Lingkungan Sekolah

Hal ini sebenarnya sebagai pelengkap pada konsep ini, namun jika sekolah mempunyai ini maka bisa menjadi daya tarik tersendiri. Dan tak harus mempunyai lahan yang luas untuk bisa berhasil menerapkan pembelajaran ini. Misal kita bisa taman toga (tanaman obat keluarga), anak-anak bisa mulai dari menanamnya, merawatnya dari hama, memanennya hingga membuatnya suatu produk semisal minuman jahe. Jikapun bukan toga maka bisa semisal memanfaatkan kembali sampah-sampah plastic menjadi kerajinan tangan.

12. Kemandirian Ekonomi Pegawai Sekolah Tanpa Meremehkan Kewajiban Asal

Saya sejak dahulu agak bingung dengan kehidupan guru-guru gontor, mereka digaji sedikit namun masih bisa tuk menafqahi keluarga. Akhirnya saya searching dan menemukan bahwa: pengelola gontor memaksimal perekonomian pondok dengan mendirikan berbagai macam badan usaha dan guru-gurupun diharapkan bisa ikut serta. Bahkan kita akan terharu dengan ucapan salah satu pengurus gontor akan perkataannya:

“Kalau nuruti kata hati, jangan pedulikan kata orang. Sebab orang itu kita bergerak kemanapun pasti dikomentari. Saya dulu buka UKK (koperasi guru) dan KUK (toko besi pesantren) dan toko buku saja habis-habisan dikomentari, dibilang Kyai Bisnis, Kyai Mata duitan, Kyai Matre, tapi saya jalan terus.

Sekarang semua baru terbuka, pada ramai-ramai ikut-ikutan buka usaha. Saya tahu bahwa Pesantren ini butuh biaya, utamanya untuk kesejahteraan guru. Tapi bagaimana biar ini tidak membebani santri, kesejahteraan guru tidak boleh diambilkan dari dana santri

Kenapa? Biar para santri tidak berkata “kamu kan sudah saya bayar……..!!”

13. Sistem Evaluasi Secara Rutin

Evaluasi di sini tidak hanya untuk koridor peserta didik saja yang biasanya dijumpai di sekolah-sekolah secara umum, namun juga guru sebagai motor penggerak siswa. Mengapa hal ini dimasukan dalam konsep? Karena banyak dari guru yang berbuat salah namun mereka tidak menyadarinya atau menyadarinya namun tidak mengubah kesalahan tersebut dengan kebaikan. Nah, di sinilah pentingnya perhatian seorang kepala sekolah sebagai orang yang menilai semua bawahannya. Tapi harus tetap dengan bahasa yang santun dan lembut.

Jika ada kepala sekolah yang tidak memulai evaluasi ini dengan alasan bingung dan ribet juga bisa jadi tidak adil dalam menilai. Kita katakan bahwa: ya namanya sesuai nama pembahasan yaitu evaluasi, jika dalam perjalanannya ada banyak kekurangan maka dievaluasi lalu disempurnakan.

Evaluasi tuk guru ini pun ada faidah lain diantaranya bisa sebagai indicator kenaikan gaji, atapun diapresiasikan dalam bentuk hadiah. Dan yang jelas bisa sebagai pegangan.

Kesimpulan

Sebenarnya masih banyak konsep-konsep yang bisa dikemukakan di sini, namun yang pasti, bukan semakin banyak konsep maka semakin baik pula lah suatu sekolah namun seberapa jauh konsep itu bisa terlaksana dan istiqamah.

Kita lihat saja kisah gadis penjual susu dan ibunya, ketika Umar bin alKhathab mendengar percakan keduanya kemudian dinikahkanlah putra beliau, maka dari darah inilah kelak lahir Umar bin Abdil Aziz. Padahal jika kita perhatikan dengan seksama, perkataan gadis penjual susu tersebut hanya 2 kalimat yaitu: إن كان عمر لا يرانا, فإن رب عمر يرانا

Begitu pula kisah Tsabit yang memakan sebagian apel lalu menyesal karena makan sebelum mendapat idzin dari pemiliknya lalu mencari pemiliknya dan sebagai bentuk hukumannya maka harus menikah dengan putri pemilik kebun apel tersebut yang lumpuh. Hingga lahirlah buah hati mereka, Nu’man yang kelak menjadi pencetus salah satu madzhab fiqh terbesar di dunia baik kitab-kitabnya ataupun penggunanya yaitu madzhab Hanafi.

Maka semoga kita semua baik pengelola sekolah, pengajar, murid, wali murid dan semua yang berkaitan dengan pendidikan, bisa memahami dan menerapkan konsep dengan istiqamah walaupun sedikit. Dan semoga Allah senantiasa menjaga kita dan keluarga.

فصلى الله على نبينا محمد ومن معه والمؤمنين

1 www.rumus.co.id/konsep-adalah/

2 HR Bukhari: 1

3 QS AlAhzab: 21

4 QS AthThalaq: 4-6

5 QS Luqman: 13-14

6 QS AnNisa: 59

7 HR Tirmidzi

8 HR Bukhari